ABSTRAK

Arlindo adalah arus dari Samudra Pasifik ke Samudra Hindia lewat selat-selat  yang disebabkan oleh perbedaan Tinggi Paras Laut antara kedua samudra tersebut.

Arlindo merupakan bagian penting dalam sirkulasi samudra dunia dalam penghantaran panas (heat). Dalam kondisi normal, di perairan Pasifik di sebelah Utara Irian terdapat kolam Air Hangat (Warm Water Pool) yang disebabkan oleh menumpuknya air yang terbawa oleh  Katulistiwa Selatan karena hembusan Angin Pasat (trade winds) di Pasifik. Massa air yang terangkut oleh Arlindo dipengaruhi oleh adanya El Niño dan La Niña. Dampak El Niño dan La Niña terhadap kehidupan di laut Nusantara belum banyak dikaji. Terdapat beberapa kenyataan yang menunjukkan terjadinya pemutihan karang (coral bleaching) yang dapat dikaitkan dengan El Niño. Kajian terintegrasi mengenai El Niño perlu ditingkatkan untuk mengantisipasi dampak negatif yang dapat ditimbulkannya.

1. Pendahuluan

Untuk dapat mengevaluasi hubungan sebab-akibat antara perubahan iklim global

(khususnya dalam kaitan El Niño dan La Niña) dan benua maritime indonesia, maka perlu lebih dahulu diketahui sifat dan kondisi alami perairan indonesia.  Di pihak lain pengkajian dilakukan dengan mengarahkan pada pengaruh proses-proses oseanografi yang terjadi di sini atas keadaan iklim global.

Kondisi Pokok Perairan Nusantara

arus arus Laut

Angin monsun menimbulkan pula arus laut laut monsun di Kepulauan indonesia  yang

disebut     Armondo (Berlage, 1927; Ilahude, 1996). arus ini secara rata-rata mengalir dari Laut Cina Selatan masuk ke Laut Jawa lewat Laut Natuna dan Selat Karimata. Dari Laut.Jawa, Armondo meneruskan alirannya ke laut-laut yang jeluk di Laut Flores dan Laut Banda. Sesuai dengan angin monsun penyebabnya, maka Armondo juga berbalik arah dengan angin itu. Dangkalnya perairan di kawasan barat , misalnya Laut Natuna dan Laut Jawa, menyebabkan pula Armondo biasanya terlihat sampai ke dasar perairan

Di bagian laut jeluk (deep water) di kawsan timur Kepulauan  mengalir pula satu laut penting yakni  Arlindo.  ini mengalir dari Samudra Pasifik ke Samudra Hindia dan terdapat baik di lapisan paras maupun lapisan termoklin. Cabang utama Arlindo mengalir dari Samudra Pasifik masuk Laut .Sulawesi terus ke Selat Makassar lalu berbelok ke timur masuk Laut Flores dan Laut .Banda. Di bagian tenggara Laut .Banda  berbelok ke arah selatan dan ke barat-daya, memasuki Laut Timor dan terus ke Samudra Hindia. Cabang yang lainnya masuk dari Laut Halmahera terus ke Laut Seram, tetapi sebagian lagi kembali ke Samudra .Pasifik lewat Laut Maluku. Demikian pula cabang yang masuk lewat Laut Maluku, halnya langsung berbelok-balik (retroflection) ke arah Samudra Pasifik, dan bersama- sama dengan yang datang dari Laut Halmahera, membentuk awal  Sakai (Counter Current)

Katulistiwa Pasifik . Bagian Arlindo di lapisan terkincau (mixed layer) sangat dipengaruhi oleh monsun. Misalnya di kawasan selatan Selat Makassar, Arlindo berbelok ke Laut Jawa pada MT, dan berbelok ke Laut Flores dan Laut Banda pada MB. Di Laut .Halmahera  keluar ke Samudra .Pasifik pada MB dan masuk dari Samudra .Pasifik pada MT. Hanya di beberapa tempat  mengalir ke satu arah terus menerus pada kedua musim, yaitu ke selatan di utara dan tengah Selat

Makassar, ke barat-daya di sepanjang pantai selatan Pulau Timor dan ke arah Samudra .Pasifik di utara Laut Maluku  Armondo pada tingkat pertama langsung dibangkitkan oleh angin monsun. Hal ini disebabkan karena sumbu arah angin rata-rata praktis berimpit dengan sumbu perairan deretan Laut Cina Selatan – Laut Natuna – Selat Karimata – Luut Jawa, hingga angin tersebut seolah-olah bertiup di atas sebuah terusan. Tidak demikian halnya dengan Arlindo, yang hanya dipengaruhi monsun secara tak langsung. Mekanisme utama pembangkit Arlindo adalah perbedaan TPL (Tinggi Paras Laut) di pantai Mindanao – Halmahera – Irian utara, dibandingkan dengan yang di pantai selatan Jawa-Sumbawa.

Pada MT  Katulistiwa Utara dan Selatan di Samudra Pasifik banyak mengangkut massa air ke arah Mindanao dan Halmahera sedangkan  Katulistiwa Selatan di Samudra Hindia banyak mengangkut air dari pantai Jawa – Sumbawa ke arah Afrika. Akibatnya terdapat perbedaan yang bisa mencapai 30 atau 40 cm pada MT antara TPL di Davao dibandingkan dengan Cilacap, dan beda TPL inilah pembangkit utama dari Arlindo Lapisan tempat mengalirnya  ini mencakup baik lapisan terkincau (0-75 m) maupun lapisan termoklin (75-350 m) dan masih terasa hingga lapisan dingin (400-700 m).

Pada MB beda TPL ini mengecil disebabkan pada musim ini air kawasan Mindanao – Halmahera disebarkan lebih ke selatan oleh Pantai Irian (TPL turun), sedangkan di kawasan Jawa – Sumbawa terjadi penumpukan air oleh  Pantai Jawa (TPL naik). Akibatnya Arlindo pun melemah pada MB.

Sebaran salinity menegak di Selat Makassar menunjukkan efek tak langsung dari monsun atas Arlindo tersebut. Hasil penelitian belakangan ini menunjukkan pula bahwa daya angkut Arlindo ternyata bervariasi sesuai dengan hadir tidaknya El-Niño

Sebaran parameter oseanografi

Angin dan  yang berganti arah sesuai dengan peralihan musim mempengaruhi pula

sebaran mendatar dari beberapa parameter oseanografi Perairan . Pada MB misalnya

angin dan  mendorong massa air hangat  lebih ke selatan lagi, yaitu ke kawasan Laut

Araíüra dan barat-laut Australia, sedangkan kekosongan yang timbul diganti oleh masuknya air yang relatif dingin dari kawasan Laut Cina Selatan, timurnya Asia Tenggara. Akibatnya terdapat peningkatan suhu paras laut dari Laut Cina Selatan ke arah Laut Arafura.

Saliniti lapisan paras dipengaruhi pula oleh angin dan  monsun. Di kawasan barat , hal ini masih ditambah pula oleh pengaruh jumlah air tawar asal sungai dan hujan yang

meragam sesuai dengan perubahan monsun. Jumlah air tawar sebagai hujan yang biasanya meningkat pada MB menyebabkan penurunan saliniti yang menyeluruh khususnya di kawasan barat, yang oleh  Armondo disebarkan ke kawasan timur . Pada MT hal yang sebaliknya terjadi,  Arlindo membawa masuk air bersaliniti tinggi Samudra Pasifik, masuk ke kawasan timur . Armondo kemudian menyebarkan saliniti tinggi tersebut ke kawasan barat . Hal ini menyebabkan panaikan menyeluruh saliniti di perairan  yang ikut diperkuat oleh penguapan yang lebih besar dari hujan di sana-sini . Karena dangkalnya kawasan barat , maka sebaran suhu dan saliniti di lapisan dasar, polanya mengikuti apa yang terdapat di permukaan, karena kuatnya pengaruh Armondo.

Telah disebutkan bahwa di kawasan barat  sebaran menegak parameter oseanografi umumnya tidak menunjukkan keragaman yang berarti, karena pengincauan (mixing)

oleh angin dapat mencakup sampai ke dasar, hingga kolom air menjadi homogen, atau kecil variasinya . Di kawasan timur sebaran menegak tadi terutama di kontrol oleh hadirnya Arlindo di sini.

Pengaruh langsung angin monsun diperkirakan hanya terbatas pada lapisan terkincau saja. Hal inipun masih memerlukan penelitian lebih lanjut untuk menentukan mana yang

lebih dominan, efek langsung angin monsun ataukah Arlindo. Pada lapisan termoklin jelas Arlindo saja yang berperan .

Pada MT, masuknya cabang utama Arlindo, mengangkut pula dua massa air, yaitu Air Sub Tropik Pasifik Utara (ASPU) yang menyebar pada bagian atas lapisan termoklin dan Air Ugahari Pasifik Utara (AUPU) di bagian bawahnya (Gambar 4). Kedua massa air ini terlihat jelas di Laut Sulawesi dan Selat Makassar dan di Laut Flores dan Laut Banda. Cabang sekunder yang masuk lewat Laut .Halmahera membawa dua massa air pula yakni Air Subtropik Pasifik Selatan (ASPS) dan Air Ugahari Pasifik Selatan (AUPS). Akan tetapi penyebaran kedua massa air ini terbatas di Laut .Halmahera dan Laut Maluku dan tidak terlihat di Laut Banda, kecuali sedikit AUPS

www.coremap.or.id/downloads/0737.pdf+arus+lintas+indonesia&cd=26&hl=id&ct=clnk&gl=id

ilmukelautan.com/oseanografi/fisika-oseanografi